Translate

Rabu, 20 Maret 2013

Contoh Surat Resmi


UNIVERSITAS JAYARAKSA

Jl. Kerta Suwiryo. No. 2 Depok Kode Pos 46678


                                                                                                                    Depok, 18 April 2012


No            : 09/STFDR/XII/2012
Lamp        : 1
Perihal       : Undangan Rapat



Dengan hormat,


Sehubungan dengan akan diadakannya acara seminar nasional yang akan dilaksanakan di Universitas Jayaraksa dengan tema “AKUNTANSI PAJAK”.


Maka dengan ini, kami mengundang seluruh dosen S1 FE - Akuntansi guna mengikuti rapat untuk membahas mengenai acara seminar nasional dengan tema sebagaimana tersebut pada pokok surat undangan yang rencananya akan diselenggarakan pada :

Hari / Tanggal            : Rabu, 28 April 2012
Tempat                     : Auditorium UG gedung 4 lt. 6 Depok
Waktu                       : 09.00 WIB


Demikian sekiranya pemberitahuan dari kami. Atas perhatian serta kehadiran Bapak dan Ibu pada acara tersebut, kami ucapkan terima kasih.








Hormat kami,
Ketua Panitia





Fazrin Alfiansyah



Resep Cara Membuat Kue Lidah Kucing Spesial Renyah Enak

Kue Lidah Kucing,,, jangan salah pengertian dulu,kue lidah kucing ini tidak berasal dari lidah kucing beneran kog. Kue ini bernama kue lidah kucing karena bentuknya yang tipis, pipih dan lonjong seperti bentuk lidah. Sungguh nama yang aneh bukan,, tapi jangan salah, kue ini sungguh nikmat, rasanya yang manis, renyah, crispy, enak banget untuk dimakan bersama dengan kopi, teh, atau susu. Kue lidah kucing juga sering disajikan saat bulan puasa, lebaran, hari raya, natal, ataupun untuk acara penting lainnya. Yuk kita simak cara membuatnya.






Kue Lidah Kucing


Kue Lidah Kucing





Bahan :

300 gr Margarin & Mentega

175 gr Gula halus2 butir Kuning telur

½ sdt Vanilla pasta

½ sdt Perenyah cookies (optional)

275 gr Tepung terigu

25 gr Susu bubuk full cream

1 sdm Gula pasir

100 cc Putih telur




Cara Membuat Kue Lidah Kucing :


1. Kocok / mixer margarin dan mentega bersama dengan gula halus, perenyah cookies, dan pasta vanilla hingga pucat, kemudian tambahkan kuning telur, lalu kocok lagi hingga mengembang.


2. Masukkan tepung terigu dan susu bubuk, sambil di ayak dan aduk sampai rata.


3. Kocok putih telur di mangkuk lain hingga mengembang kemudian masukkan gula dan kocok terus hingga kaku.


4. Secara bertahap, masukkan adonan putih telur kedalam adonan mentega sambil diaduk hingga rata.


5. Tuang adonan yang sudah jadi kedalam plastik segitiga, kemudian semprotkan pada loyang kue lidah kucing. Selanjutnya oven hingga kue berwarna kuning keemasan dan matang.



Tips saat membuat Kue Lidah Kucing agar renyah dan berhasil :

Jangan memanggang / meng oven kue lidah kucing dalam oven yang bersuhu terlalu panas. Karena akan membuat kue menjadi kering dan gosong di bagian tepi kue nya, namun bagian tengah kue masih lembab dan belum crispy / renyah seperti yang kita harapkan.


Membuat Roket Air dari Botol Aqua Bekas

Dalam pembelajaran IPA di perlukan praktek IPA agar pembelajaran IPA lebih menarik lagi. Salah satu praktek yang menarik bagi anak didikku adalah praktek hukum III yaitu konsep gaya aksi dan reaksi, dengan roket air, merkea sangat antusias untuk mempraktekkanya dan mencobanya, Jika tidak percaya silahkan mencobanya. Roket air yang bagus banyak, tapi mmebutuhkan biaya yang mahal untuk membuatnya, nah di sini ada tip untuk membuat roket air agar lebih murah dan mudah bagi siswa-siswaku sekalian, walau kalian boleh dan lebih bagus jika mau membuat roket air yang seperti di internet youtube ini (cara membuat roket air). Cara pembuatannya dan cara menggunakanya sebagi berikut ini!

Alat dan Bahan yang digunakan untuk membuat roket air sederhana .
1. botol minuman bekas berukuran besar,
2. kertas penutup, dan
3. karton untuk sirip roket.
4. sumbat,
5. bolpen
5. dop 

Cara Pembuatan :

Menyediakan botol aqua bekas dan dibuka tutupnya
Membuat botol aqua tersbut menjadi berbentuk roket
Membuat sumbat karet dengan bekas sendal yang tebal, jika tidak ada bisa bekas sendal di gabung dengan lem
Memasukkan sumbat karet ke dalam ujung bekas bolpoin yang sudah di buka isi dan bagian atas dan bawahnya
Memasukan air kira-kira sepertiganya ke dalam botol aqua yang sudah berbentuk roket
Memasukkan sumbat karet yang sudah dihubungkan ke bolpoint karet ke dalam lubang aquaCara Penggunaan :
Masukkan ujung bolpoin yang tidak ada sumbat karetnya dengan selang yang ada pada pompa
Pegang ujung bolpen yang ada sumbatnya dipegang dengan kuat jangan sampai meluncur dulu sampai tekanan gas yang ada dalam roket cukup besar
Pompa roketa ait, setelah kira-kira tekanan gasnya cukup kuat lepaskan roket air maka rangkaian roket itu dan roket akan melaju ke atas Konsep IPA yang digunakan :


Ketika roket dipompa air pada roket mendapatkan tekanan udara dari pompa ketika sumbat sudah tidak dapat menahan tekanan udara dalam roket maka roket akan mengeluarkan gaya dorong air dari bawah roket. Akibat gaya dorong roket ini maka roket akan meluncur ke atas. Hal ini sesuai dengan konsep hukum Newton III ”jika setiap benda di berikan gaya aksi maka benda tersebut memberikan gaya yang sama besar namun berlawanan arah

Lirik Lagu Greenday - 21 Guns

Do you know what’s worth fighting for,
When it’s not worth dying for?
Does it take your breath away
And you feel yourself suffocating?
Does the pain weigh out the pride?
And you look for a place to hide?
Did someone break your heart inside?
You’re in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky,
You and I

When you’re at the end of the road
And you lost all sense of control
And your thoughts have taken their toll
When your mind breaks the spirit of your soul
Your faith walks on broken glass
And the hangover doesn’t pass
Nothing’s ever built to last
You’re in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky,
You and I

Did you try to live on your own
When you burned down the house and home?
Did you stand too close to the fire?
Like a liar looking for forgiveness from a stone

When it’s time to live and let die
And you can’t get another try
Something inside this heart has died
You’re in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky (x2)

You and I.

“Sang Adipati Kuningan” adalah “Putra” Luragung

Menelusuri jejak sejarah Kabupaten Kuningan, terutama membedah tokoh “Sang Adipati Kuningan” yang pernah menjadi pemimpin pemerintahan di Kuningan pada masa penyebaran Islam di Cirebon (Jawa Barat) dan sekitarnya akhirnya dapatlah diungkapkan bahwa nama Sang Adipati Kuningan yang sebenarnya adalah SURANGGAJAYA. Ia adalah putra Ki Gedeng Luragung (seorang kepala daerah di Luragung) bernama JAYARAKSA. Jayaraksa juga punya saudara laki-laki yang memimpin daerah Winduherang bernama BRATAWIYANA atau BRATAWIJAYA (?) yang dijuluki juga Ki Gedeng Kamuning atau Arya Kamuning.
Ketika Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam, di antaranya sampai pula ke Luragung, beliau disusul kedatangannya ke Luragung oleh istrinya bernama putri Ong Tien (asal Campa) yang juga bernama Nyai Rara Sumanding. Ketika itu sang istri sedang mengandung tua, dan di Luragung pulalah akhirnya Nyai Rara Sumanding melahirkan anak. Namun sayang putra yang baru dilahirkannya itu meninggal dunia. Untuk mengobati hati beliau yang sedang berduka itu, kemudian Sunan Gunung Jati meminta kepada Ki Gedeng Luragung untuk memungut putranya yang kebetulan masih bayi untuk diangkat anak oleh Sunan Gunung Jati. Anak tersebut namanya Suranggajaya.


Dalam cerita rakyat Kuningan versi lainnya yang berbau mitos menyebutkan bahwa yang dilahirkan oleh Nyai Rara Sumanding bukanlah anak, tetapi sebuah bokor yang terbuat dari logam Kuningan. Bokor Kuningan inilah yang nantinya menjadi logo maskot Kota Kuningan, selain Kuda Kuningan. Juga ada yang menyebutkan bokor kuningan itu sebagai barang “panukeur” atawa “tutukeuranna” antara bayi dari Ki Gedeng Luragung yang ditukar dengan bokor kuningan dari Nyai Rara Sumanding. Cerita-cerita mitos ini memang banyak mewarnai dalam penelusuran sejarah Kuningan.


Setelah ke Luragung perjalanan Sunan Gunung Jati diteruskan ke Winduherang (yang dulu diduga sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Kuningan/Kajene) untuk menemui saudaranya Jayaraksa yaitu Bratawiyana yang rupanya telah lebih dulu masuk Islam. Sementara itu pemegang tampuk pemerintahan di Kerajaan Kuningan saat itu sedang diperintah oleh Nyai Ratu Selawati (keturunan Prabu Langlangbuana). Ratu Selawati yang tadinya penganut Hindu menjadi penganut Islam setelah menikah dengan Syekh Maulana Arifin (putra dari Syekh Maulana Akbar). Syekh Maulana Akbar sendiri adalah seorang ulama yang diduga asal Persia yang berhasil sampai ke Kuningan dan menyebarkan Islam di sana. Kedatangannya ke Kuningan waktu itu kiranya terlebih dahulu atas seijin Sunan Gunung Jati penguasa Kerajaan Islam Cirebon yang mulai tumbuh dan giat menyebarkan Islam. Kedatangannya Syekh Maulana Akbar menyebarkan Islam ke Kuningan berarti lebih dulu daripada Sunan Gunung Jati. Mungkin dapat dikatakan Syekh Maulana Akbar sebagai perintis penyebaran Islam ke Kuningan, sementara Sunan Gunung Jati lebih menyempurnakan lagi. Kurun waktu kedatangan Syekh Maulana Akbar menyebarkan Islam di Kuningan diperkirakan mulai terjadi tahun 1450.


Ketika Sunan Gunung Jati sampai di Winduherang, beliau menitipkan putra angkatnya tersebut (Suranggajaya) untuk diasuh oleh Bratawiyana (Arya Kamuning). Selain itu Sunan Gunung Jati berpesan bahwa anak tersebut setelah dewasa kelak akan diangkat menjadi penguasa daerah Kuningan. Dalam masa pengasuhan Arya Kamuning ini bahkan anak yang dititipkan itu diberi nama panggilan Raden Kamuning, kiranya untuk lebih mendekatkan hubungan psikologis (batin) antara ayah (asuh) dengan putra (asuh)nya.


Dalam sumber berita Cirebon (CPCN/Carita Purwaka Caruban Nagari) dan buku karya P.S Sulendraningrat bahkan disebutkan lagi bahwa bersamaan dengan mengasuh putra angkat Sunan Gunung Jati, sebenarnya Bratawiyana (Arya Kamuning) juga punya anak yang sedang sama-sama dibesarkan (seusia dengan Suranggajaya) yaitu Ewangga. Tetapi di sumber lain menyebutkan bahwa tokoh Dipati Ewangga adalah seorang bangsawan yang asalnya dari Parahyangan (Cianjur) yang pada awalnya ingin berguru/belajar agama Islam kepada Sunan Gunung Jati, lalu oleh Sunan Gunung Jati diperintahkan untuk pergi ke Kuningan saja membantu putra angkatnya (yaitu Suranggajaya) dalam mengelola pemerintahan di Kuningan. Mana yang benar, yang jelas keberadaan tokoh Dipati Ewangga kiprahnya banyak diceriterakan sebagai tokoh “panglima” tentara Kuningan yang pernah ikut membantu Cirebon dan Mataram ketika menyerang Belanda di Batavia (sehingga ada nama perkampungan Kuningan di Jakarta).


Setelah dewasa, menginjak usia 17 tahun, akhirnya janji Sunan Gunung Jati mengangkat putranya menjadi penguasa di Kuningan pun dilakukan. Suranggajaya kemudian dilantik menjadi pemimpin Kuningan dengan julukan populernya Sang Adipati Kuningan. Titimangsanya konon bertepatan dengan tanggal 1 September 1478, yang diperingati sebagai hari lahirnya kota Kuningan.


Namun bila dilihat secara politis, sebenarnya sejak saat itu sebenarnya “Kerajaan” Kuningan telah jatuh. Tidak lagi sebagai kerajaan yang berdaulat penuh atau merdeka, tetapi terikat menjadi daerah bawahan Kerajaan Cirebon. Berarti kalau kita lihat eksistensi perjalanan Kerajaan Kuningan sejak zaman Hindu dari awal kelahirannya, bernama Kerajaan Kuningan (raja: Sang Pandawa) – Kerajaan Saunggalah (raja: Demunawan/Rahangtang Kuku/Seuweukarma) merupakan kerajaan berdaulat penuh. Kemudian dibawahkan oleh Kerajaan Galuh (raja: Rhy Banga), lalu muncul lagi dijadikan pusat pemerintahan oleh putra Rakeyan Darmasiksa, yaitu Prabu Ragasuci/Sang Lumahing Taman. Selanjutnya di bawah penguasaan Sunda Padjajaran oleh Prabu Siliwangi. Lalu muncul Kerajaan Kuningan dengan sebutan Kajene zaman Prabu Langlangbuana/Langlangbumi dan diturunkan kepada Ratu Selawati (kerajaan kecil di bawah pengaruh Kerajaan Sunda Pajajaran), dan akhirnya ketika diperintah Sang Adipati Kuningan, pemerintahan kerajaan jatuh di bawah pengaruh Kerajaan Cirebon.

Republik - Sandiwara Cinta

Intro: C D G Am D


G D/F# Em

aku tahu ini semua tak adil

Am D

aku tahu ini sudah terjadi

G D/F# Em

mau bilang apa aku pun tak sanggup

Am D

air mata pun tak lagi mau menetes


G D/F# Em

alasannya seringkali ku dengar

Am D

alasannya seringkali kau ucap

G D/F# Em

kau dengannya seakan ku tak tahu

Am D G

sandiwara apa yang telah kau lakukan kepadaku


Chorus:

C D G

jujurlah sayang aku tak mengapa

Am D G

biar semua jelas telah berbeda

C D Em

jika nanti aku yang harus pergi

Am D G

ku terima walau sakit hati


G D/F# Em

mungkin ini jalan yang engkau mau

Am D

mungkin ini jalan yang kau inginkan

G D/F# Em

kau dengannya seakan ku tak tahu

Am G C

sandiwara apa

Am G C

ceritanya apa

D

aku tahu


Chorus:

C D G

jujurlah sayang aku tak mengapa

Am D G

biar semua jelas telah berbeda

C D Em

jika nanti aku yang harus pergi

Am D G

ku terima walau sakit hati


C D G

Am D G


Chorus:

C D G

jujurlah sayang aku tak mengapa

Am D G

biar semua jelas telah berbeda

C D Em

jika nanti aku yang harus pergi

Am D G

ku terima walau sakit hati

Am D G

ku terima walau sakit hati